Ketika kita menjadi manusia pilihan Tuhan untuk mengarungi hidup, tentu kita bisa berbangga diri karena kita dicptakan sebagai hamba pilihan untuk mengatur dan mengelola dunia sebaik mungkin. Namun, seiring perjalanan hidup yang terus kita lewati, ujian datang silih berganti, cobaan mendekati sehingga kadang-kadang rasa lemah dan putus asa datang melekat dalam diri. Diri yang berputus asa, seolah-olah ujian itu berat sekali, dan kita memutuskan untuk menyerah bahkan yang lebih naas lagi, akan mengakhiri hidupnya. Apa sebenarnya yang membuat diri putus asa.
Putus asa, adalah hilangnya keyakinan, bukan hanya keyakinan pada diri, melainkan keyakinan kepada Tuhan yang selalu menjadi teman saat kita berduka, dan yang selalu menolong kita dalam kesulitan. Ujian yang datang terasa begitu berat, karena apa, karena tiadanya keyakinan pada Tuhan. Padahal, ujian itu adalah tanda diri ini lebih maju lagi mendekati kesuksesan.
Selain itu, apa Yang membuat diri putus asa.
Kita sebagai insan, sangat lupa sekali dengan yang namanya bersyukur. Syukur itu hal kecil namun manfaatnya sangat besar, tetapi memang sudah sifatnya manusia disaat diberi kebahagiaan, seolah rasa syukur itu hilang secepat itu juga. Entah, apakah hati ini hanya memang mengambil butuhnya saja, bahkan ketika Tuhan memberikan kebahagiaan baik berupa harta, kedudukan dan kemewahan lainnya, seolah syukur itu tidak ada.
Barabg siapa yang bersyukur, maka akan ditambah nikmatnya, ini menandakan jika tidak bersyukur berarti nikmat akan segera dihilangkan, baik nikmat semangat dan motivasi dalam diri. Oleh sebab itu, bagi yang lupa akan syukur, dan ketika nikmatnya dicabut, maka yang datang adalah depresi besar dan tingkat stres yang tinggi.
Manusia itu aneh, semakin dewasa seharusnya semakin kuat hatinya dan tidak merengek ketika ada cobaan hidup yang datang. Merengek boleh saja ketika memohon doa agar diberikan kekuatan dan jalan keluar, bukan merengek sebelum ujian itu dihadapi, melainkan setelah disaat menghadapi cobaan itu.
Kita semua lupa disaat masa kecil kita, dimana disaat itu, kita ingin berjalan seperti orang dewasa, sekuat tenaga kita berdiri, mulai merangkak sampai mencari tempat sandaran untuk berdiri, jatuh dan terjatuh, tangisan demi tangisan, namun kita tetap bersikukuh untuk bisa berdiri. Begitu hebat perjuangan kita disaat kecil, begitu tangguhnya kita.
Baiklah, kita menengok dimasa lalu kita saat belajar bersepeda, keinginan yang kuat agar bisa bersepeda adalah salah satu kunci keberhasilan kita menghadapi ketakutan. Terjatuh dan bangun lagi, terjatuh lagi dan bangun lagi, begitu tangguh dan kuatnya diri ini.
Namun sayangnya, saat kita dewasa dan pada umumnya beberapa manusia yang sudah tumbuh dewasa mengapa tidka semakin kuat hatinya ketika menerima tantangan hidup. Apa perbedaan diwaktu kecil dengan disaat kita dewasa. Ada perbedaan yang harus kita ketahui.
1. Disaat kecil kitalah yang menantang tantangan, sedangkan diwaktu dewasa kita menunggu tantangan dari cobaan. Sehingga kita tidak siap dan kadang kita kalah dengan tantangan itu. Diwaktu kecil kita berani mengambil resiko untuk sekedar tau bagaimana dampaknya, semakin kita dilarang semakin kita beranjak pergi melakukan
... "Nak, jangan naik kursi, nanti jatuh." tetapi kita tetap saja naik kursi itu, ketika jatuh baru lega ternyata begini rasanya, tidak begitu sakit :) Namun disaat dewasa, kita takut mengambil resiko, ingin terus senang namun tidak ingin menjadi pemberani. Ingat sekali lagi, bagi yang lemah hari ini, kita kalah dengan diri kita dimasa kecil, yang lemah dan tidka mempunyai kekuatan apa-apa. Ingat masa kecil kita, bangkitkan itu didalam diri kita, karena masa kecil tidak ada bedanya dengan sekarang, karena tetap diri kitalah yang menjadi pemberani disaat itu :)
2. Diwaktu kecil kita yakin ada yang menjaga, ada yang menolong dan ada yang mengelus kita disaat kita menangis, kita tau semua itu, ada penolong yang dikirim Tuhan untuk kita, yaitu orang tua, ibu dan ayah atau orang-orang disekitar kita. Sehingga dengan itulah kita berani melakukan apapun, kita tidka takut dengan apa yang namanya sakit, pasti ada yang menolong, pasti ada yang mengelus kita, menenagkan kita.
Disaat dewasa ini, keyakinan kita semakin meredup, kita tidak lagi yakin ada yang menolong kita, ada yang menjaga kita, ada yang mengelus kita. Mungkin memang buan orang tua lagi, namun Tuhan lah yang turun langsung menjaga kita, menolong kita dan menenangkan kita disaat menangis. Adakah keyakinan itu dihati kita, itulah yang membuat kita mudah menyerah dan putus asa.
3. Disaat kecil, kita berusaha dulu baru meminta. Ingatkah Anda, ketika ingin mengambil sesuatu, dan disekitar tidak ada orang tua, tentu berusaha semaksimal mungkin untuk mengambil sesuatu itu yang letaknya sangat tinggi menurut kita, berbagai cara dilakukan, dengan mengambil sapu, dengan mendorong kursi namun tidak berhasil juga. Akhirnya menangis dan meminta bantuan kepada orang tua untuk mengambilkannya, dan disaat itu kita tertawa dan tersenyum kecil, bahwa yang diinginkannya sudah didapat. :)
Saat dewasa, berbeda lagi, berdoa dahulu, berdoa sekeras-kerasnya kalau cobaan ini tidak mampu dilakukan, padahal memang belum dijalani dan dihadapi sudah sok tau cobaan itu tidak bakalan selesai, padahal habis gelap terbitlah terang, habis ada cobaan ada kebahagiaan. Apakah kita berdoa dengan kata-kata menyerah dahulu atau berdoa dengan kata-kata semangat, setelah itu berjuang dan apabila ada kendala berdoa dengan kata-kata eminta pertolongan. Berdoalah untuk dipermudah, dan berusahalah setelah itu meminta pertolongan kembali. Jadi, usaha akan lancar ketika diapit dengan dua doa. :)
Nah, demikianlah yang dapat penulis sampaikan tentang "Apa Yang Membuat Diri Putus Asa." Yang perlu diingat adalah, hati kita disaat kecil masih putih jernih, sedangkan disaat dewasa sudah tidak putih lagi, namun salahnya ada pada tidak maunya kita membersihkan hati. :)
Salam Cinta
Salam Dycko Novanda
0 komentar:
Posting Komentar