Malam begitu indah, jalanan ramai dipenuhi para pecinta, para pemuda, dengan berbagai pernak pernik indah di pakaiannya, dandanan istimewa diperlihatkannya, serta berbagai tampilan yang terindah disajikan ditengah-tengah kota.
Diberbagai jalan, sangat ramai orang-orang berbondong ketengah-tengah alun-alun kota, menyaksikkan perayaan meriah yang indah bersama kekasih tercintanya, bersama keluarga, ataupun bersama sahabat-sahabat tercinta. Sungguh ada kebahagiaan tersendiri bagi penikmat perayaan tahun baru kali ini.
Ada rasa bahagia, suka dan canda bahkan tertawa, seakan menyelimuti kegelapan malam dengan terangnya wajah-wajah bahagia orang-orang. Namun nampak cahaya yang lebih terang lagi ditengah-tengah keramaian itu, seseorang ibu yang berpenampilan sederhana, dengan kerudung putih, muka berdebu. Ia menggendong anaknya yang kecil seakan berpura-pura ikut merayakan perayaan tahun baru ini. Tetapi sebenarnya tidak, ia adalah seorang pemulung, yang mengais rezeki ditengah-tengah hamparan manusia.
Dengan perlengkapan sebuah wadah dan sebuah pengait untuk mengambil sampah dijalanan, berjuang tiada lelah demi memberikan sesuap nasi bagi anaknya yang mungkin bapaknya telah tiada. Ia bukan sekedar pemulung, tetapi ia ikut serta mengurangi sedikit kotoran dijalanan.
Ia sebenarnya menahan iri pada orang-orang sekitar, yang menampakkan rasa bahagianya, memperlihatkan tawanya yang lebar. Namun ia tetap berjalan balik sana dan balik sini mencari plastik-plastik bekas yang dikumpulkannya.
Saat kembang api mulai menyala, terlihat senyum anaknya memandang ke arah langit, menyaksikkan nyala kembang api yang indah, diatas punggung ibunya yang kesusahan mencari nafkah, anak itu senyum dan tertawa melihat keangkasa karena mengartikan sebuah kembang api sebagai semangat yang yang menyala.
Mungkin dalam senyum anak kecil itu ia berdoa: " Ya Tuhan, kuatkan ibuku, suatu saat nanti aku akan membalas kebaikannya, aku ingin suatu saat nanti, aku menggendong ibuku menyaksikkan kembang api yang indah yang tak sempat ibu lihat, karena ibuku selalu memandang kearah bawah, mencari sampah buat makan esok pagi .. Ya Tuhan, terimakasih Engkau telah memperlihatkan makna yang indah dalam nyala kembang api tersebut, itu mengingatkan kepadaku, bahwa kita harus saling berbagi cahaya kepada yang lain, menyebarkan cahaya bagi yang lain, seperti kembang api, ia berasal dari satu tubuh dan ketika dinyalakan cahanya menyebar menerangi kegelapan .... Tuhan, jika suatu saat Engkau anugerahkan kepadaku kekayaan, pakaian yang bagus, dan benda mewah, jangan ijinkan aku berfoya-foya ... ingatkan aku kepada pemulung-pemulung atau pengemis-pengemis jika berada di tempat keramaian untuk berbagi kebaikan yang telah Engkau anugerahkan ... Tuhan, Semoga yang merayakan tahun baru ini enggan melupakan kebaikan untuk dibagi kepada yang lain" ...
Artkel lainnya:
> Yang Penting Semangat Berubah, bukan perayaannya
> Keajaiban di balik ciuman
> Yang pantas disebut wanita seksi
Read More >>
Diberbagai jalan, sangat ramai orang-orang berbondong ketengah-tengah alun-alun kota, menyaksikkan perayaan meriah yang indah bersama kekasih tercintanya, bersama keluarga, ataupun bersama sahabat-sahabat tercinta. Sungguh ada kebahagiaan tersendiri bagi penikmat perayaan tahun baru kali ini.
Ada rasa bahagia, suka dan canda bahkan tertawa, seakan menyelimuti kegelapan malam dengan terangnya wajah-wajah bahagia orang-orang. Namun nampak cahaya yang lebih terang lagi ditengah-tengah keramaian itu, seseorang ibu yang berpenampilan sederhana, dengan kerudung putih, muka berdebu. Ia menggendong anaknya yang kecil seakan berpura-pura ikut merayakan perayaan tahun baru ini. Tetapi sebenarnya tidak, ia adalah seorang pemulung, yang mengais rezeki ditengah-tengah hamparan manusia.
Dengan perlengkapan sebuah wadah dan sebuah pengait untuk mengambil sampah dijalanan, berjuang tiada lelah demi memberikan sesuap nasi bagi anaknya yang mungkin bapaknya telah tiada. Ia bukan sekedar pemulung, tetapi ia ikut serta mengurangi sedikit kotoran dijalanan.
Ia sebenarnya menahan iri pada orang-orang sekitar, yang menampakkan rasa bahagianya, memperlihatkan tawanya yang lebar. Namun ia tetap berjalan balik sana dan balik sini mencari plastik-plastik bekas yang dikumpulkannya.
Saat kembang api mulai menyala, terlihat senyum anaknya memandang ke arah langit, menyaksikkan nyala kembang api yang indah, diatas punggung ibunya yang kesusahan mencari nafkah, anak itu senyum dan tertawa melihat keangkasa karena mengartikan sebuah kembang api sebagai semangat yang yang menyala.
Mungkin dalam senyum anak kecil itu ia berdoa: " Ya Tuhan, kuatkan ibuku, suatu saat nanti aku akan membalas kebaikannya, aku ingin suatu saat nanti, aku menggendong ibuku menyaksikkan kembang api yang indah yang tak sempat ibu lihat, karena ibuku selalu memandang kearah bawah, mencari sampah buat makan esok pagi .. Ya Tuhan, terimakasih Engkau telah memperlihatkan makna yang indah dalam nyala kembang api tersebut, itu mengingatkan kepadaku, bahwa kita harus saling berbagi cahaya kepada yang lain, menyebarkan cahaya bagi yang lain, seperti kembang api, ia berasal dari satu tubuh dan ketika dinyalakan cahanya menyebar menerangi kegelapan .... Tuhan, jika suatu saat Engkau anugerahkan kepadaku kekayaan, pakaian yang bagus, dan benda mewah, jangan ijinkan aku berfoya-foya ... ingatkan aku kepada pemulung-pemulung atau pengemis-pengemis jika berada di tempat keramaian untuk berbagi kebaikan yang telah Engkau anugerahkan ... Tuhan, Semoga yang merayakan tahun baru ini enggan melupakan kebaikan untuk dibagi kepada yang lain" ...
" Tahun baru, yang harus di-BARU-kan adalah sikap kita, ahlak kita, sifat kita, menjadi lebih baik lagi kebaikannya ... "
Artkel lainnya:
> Yang Penting Semangat Berubah, bukan perayaannya
> Keajaiban di balik ciuman
> Yang pantas disebut wanita seksi